Jumat, 05 Desember 2014

Penyaluran Beasiswa Bidik Misi IAIN Mataram, Sudah Tepatkah?


Add cGambar bisa saja memiliki hak cipta.aption

Pandangan yang tepat untuk sebuah usaha pemerintah dalam menuntaskan pendidikan anak bangsa dengan tidak memandang kedudukan dan segi finansial adalah “good governance” sebenarnya, meskipun belum sepenuhnya dikatakan berhasil. Tapi menghargai dalam bentuk langkah yang konkrit merupakan suatu keharusan bagi kita.

Salah satu langkah kongkrit tersebut pengadaan program bidik misi dengan mengedepankan visi dan misi “menggapai asa memutus mata rantai kemiskinan”  merupakan suatu kebijakan yang mengamalkan cita-cita bangsa yakni mencerdaskan kehidupan rakyat. Tapi tak tau kenapa negara yang berkembang seperti indonesia masih memiliki segelintir orang yang mengedepankan hedonitas semata.

Inovasi hanya sekedar inovasi buatan,tanpa tindak lanjut yang lebih serius. Program bidik misi yang di adakan di IAIN mataram mulai sejak tahun 2010 yang lalu, sekarang sudah menginjak angkatan ke lima. Dengan di adakannya program bidik misi ini seharusnya kualitas pembelajaran akan semakin meningkat dan mempunyai respon yang luar biasa dari mahasiswa bidik misi tersebut. 

Namun apa, sistem pengelolaan bidik misi yang setiap tahunnya berbeda banyak menimbulkan kerancuan sehingga mencuat sebagai sebuah kontroversi di kalangan mahasiswa kampus. Apa sistem yang salah atau mahasiswa yang bersangkutan yang tidak mengerti dan akhirnya acuh tak acuh.

Program bidik misi di peruntukkan bagi anak yang bangsa yang berkualitas tetapi tidak mampu secara ekonomi, namun apa mahasiswa yang dikatakan berkualitas akan bisa di bodoh-bodohi dengan berbagai dalih dari lembaga pengelola bidik misi.
FDK IAIN Mataram ...


Secara kasat mata alur kegiatan bidik misi di kampus IAIN mataram bisa di katakan antara transparan dan tidak, mengapa begitu??? dari tahun ke tahun permasalahan bidik misi selalu ada, tidak heboh memang tetapi apa bisa di katakan permasalahan yang tidak serius apabila terjadinya rutin.

Salah satu contoh permasalahan yang sempat muncul di permukaan adalah surat layangan atau lebih tepatnya surat gugatan yang di munculkan oleh ketua forum mahasiswa bidik misi (FMBM) yang mengungkap sejumlah permasalahan mahasiswa bidik misi

Seperti blokade kesuksesan mahasiswa bidik misi angkatan pertama, surat pendebetan rekening bukan atas nama pusat atau pihak berwenang yang secara sengaja di lakukan oleh lembaga yang dianggap terkesan memaksa, dan tergangunya komunikasi antar personal mahasiswa bidik misi dengan pihak lembaga.

Sejumlah  permasalahan di atas menunjukkan adanya ketidakberesan atau kejanggalan dengan program ini. belum lama setelah surat itu dilayangkan salah satu mahasiswa bidik misi di nyatakan di skorsing selama 1 tahun ( 2 semester) dan tidak berhak mendapatkan beasiswa lagi alias di pecat,dengan alasan bahwa mahasiswa yang bersangkuatan telah melanggar peraturan dan kode etik mahsiswa.

Betapa tidak, isu yang mencuat dengan pelanggaran tersebut adalah penggelapan uang soft skill (pelatihan untuk pengembangan keterampilan), pelemparan tai sapi di depan akademik fakultas syari’ah dan ekonomi islam, dan tindakan amoral. Lengkap sudah, kasus mahasiswa dan pihak lembaga yang bisa dikatakan gagal mengemban amanah.

Belum lagi uang soft skill yang banyak tanpa pengaplikasian yang terkesan mengada-ada, sebut saja uang 1.200.000 hanya digunakan untuk pelatihan kewirausahaan hanya sehari,diadakan di hotel mewah, dan itupun untuk mahasiswa fakultas da’wah jurusan komunikasi. 

Apa hubungannya pelatihan kewirausahaan untuk mahasiswa komunikasi. Harusnya pelatihan soft skill di mamfaatkan untuk mengembangkan potensi mahsiswa sesuai dengan jurusan yang di ambil.

Jika semua itu adalah sebuah prosedur yang harus dijalani baik oleh lembaga maupun mahasiswa, kenapa pemerintah harus mengambil kebijakan yang terkesan memberatkan mahasiswa saja. Baik, jika di pikir-pikir kebanyakan mahasiswa bidik misi di percaya adalah mahasiswa pilihan lagi mandiri, sehingga untuk meminta uang pada orang tua itu adalah mustahil. 

Tapi apa yang bisa di perbuat dengan uang beasiswa sebanyak Rp.6.000.000 per semester dengan potongan soft skill sebesar Rp. 1.200.000 dan itupun keluarnya mandek-mandek. 

Menurut keterangan mahasiswa bidik misi, mulai tahun ini program bidik misi di IAIN mataram mulai berbenah,bentuk kegiatan soft skill di serahkan pada mahasiswa,namun tetap dengan konsep uang 1.200.000 di alokasikan untuk kegiatan satu hari. 

Hanya berubah lokasi dari hotel mewah ke jalan-jalan melihat adat kebudayaan sasak di bayan selama satu hari. Apa itu bentuk keseriusan dari lembaga, atau  mungkin kisah mahasiswa cerdas yang mampu di bodoh bodohi. 

Tidak ada asap tanpa api, seumpama ketua forum FMBM yang melakukan sejumlah kesalahan sehingga di pecat karna kemungkinan kekecewaan terhadap pelayanan pihak lembaga yang di nilai kurang serius.  jika lembaga mampu membodohi mahasiswa, maka apa tidak boleh sekali-kali mahasiswa yangmembodohi lembaga. Jika gurunya saja salah apalagi muridnya, begitulah logikanya.

Di saat seperti ini keidealisan mahasiswa patut di pertanyakan, terlebih dengan mahasiswa bidikmisi yang di anggap mahasiswa brilian atau di atas rata-rata ternyata bisa di bodoh-bodohi lembaga. Hanya duduk manis, pasrah dengan aturan yang membikin bacot panas, tapi nyatanya tidak mampu di suarakan. Apa hal ini ada sangkut pautnya dengan intimidasi dari pihak lembaga. Mengingat contoh kasus mahasiswa yang di pecat??

Seharusnya jika ingin pembenahan yang lebih serius, lembaga pengelola bidik misi harus lebih transparan memaparkan prosedur dan aturan main bidik misi. Tidak ada unsur intimidasi. Dan tak lupa untuk mahasiswa idealis tidak takut menyuarakan hak yang seharusnya di terima, jika di rasa tidak sesuai.
Share On:

0 komentar:

Posting Komentar

 
;