Add cGambar bisa saja memiliki hak cipta.aption |
Pandangan
yang tepat untuk sebuah usaha pemerintah dalam menuntaskan pendidikan anak
bangsa dengan tidak memandang kedudukan dan segi finansial adalah “good
governance” sebenarnya, meskipun belum sepenuhnya dikatakan berhasil. Tapi
menghargai dalam bentuk langkah yang konkrit merupakan suatu keharusan bagi
kita.
Salah
satu langkah kongkrit tersebut pengadaan program bidik misi dengan
mengedepankan visi dan misi “menggapai asa memutus mata rantai kemiskinan” merupakan suatu kebijakan yang mengamalkan
cita-cita bangsa yakni mencerdaskan kehidupan rakyat. Tapi tak tau kenapa
negara yang berkembang seperti indonesia masih memiliki segelintir orang yang
mengedepankan hedonitas semata.
Inovasi
hanya sekedar inovasi buatan,tanpa tindak lanjut yang lebih serius. Program
bidik misi yang di adakan di IAIN mataram mulai sejak tahun 2010 yang lalu,
sekarang sudah menginjak angkatan ke lima. Dengan di adakannya program bidik
misi ini seharusnya kualitas pembelajaran akan semakin meningkat dan mempunyai
respon yang luar biasa dari mahasiswa bidik misi tersebut.
Namun
apa, sistem pengelolaan bidik misi yang setiap tahunnya berbeda banyak
menimbulkan kerancuan sehingga mencuat sebagai sebuah kontroversi di kalangan
mahasiswa kampus. Apa sistem yang salah atau mahasiswa yang bersangkutan yang
tidak mengerti dan akhirnya acuh tak acuh.
Program
bidik misi di peruntukkan bagi anak yang bangsa yang berkualitas tetapi tidak
mampu secara ekonomi, namun apa mahasiswa yang dikatakan berkualitas akan bisa
di bodoh-bodohi dengan berbagai dalih dari lembaga pengelola bidik misi.
FDK IAIN Mataram ... |
Secara
kasat mata alur kegiatan bidik misi di kampus IAIN mataram bisa di katakan
antara transparan dan tidak, mengapa begitu??? dari tahun ke tahun permasalahan
bidik misi selalu ada, tidak heboh memang tetapi apa bisa di katakan
permasalahan yang tidak serius apabila terjadinya rutin.
Salah
satu contoh permasalahan yang sempat muncul di permukaan adalah surat layangan
atau lebih tepatnya surat gugatan yang di munculkan oleh ketua forum mahasiswa
bidik misi (FMBM) yang mengungkap sejumlah permasalahan mahasiswa bidik misi
Seperti
blokade kesuksesan mahasiswa bidik misi angkatan pertama, surat pendebetan
rekening bukan atas nama pusat atau pihak berwenang yang secara sengaja di
lakukan oleh lembaga yang dianggap terkesan memaksa, dan tergangunya komunikasi
antar personal mahasiswa bidik misi dengan pihak lembaga.
Sejumlah
permasalahan di atas menunjukkan adanya
ketidakberesan atau kejanggalan dengan program ini. belum lama setelah surat
itu dilayangkan salah satu mahasiswa bidik misi di nyatakan di skorsing selama
1 tahun ( 2 semester) dan tidak berhak mendapatkan beasiswa lagi alias di
pecat,dengan alasan bahwa mahasiswa yang bersangkuatan telah melanggar
peraturan dan kode etik mahsiswa.
Betapa
tidak, isu yang mencuat dengan pelanggaran tersebut adalah penggelapan uang
soft skill (pelatihan untuk pengembangan keterampilan), pelemparan tai sapi di
depan akademik fakultas syari’ah dan ekonomi islam, dan tindakan amoral.
Lengkap sudah, kasus mahasiswa dan pihak lembaga yang bisa dikatakan gagal
mengemban amanah.
Belum
lagi uang soft skill yang banyak tanpa pengaplikasian yang terkesan mengada-ada,
sebut saja uang 1.200.000 hanya digunakan untuk pelatihan kewirausahaan hanya sehari,diadakan
di hotel mewah, dan itupun untuk mahasiswa fakultas da’wah jurusan komunikasi.
Apa
hubungannya pelatihan kewirausahaan untuk mahasiswa komunikasi. Harusnya
pelatihan soft skill di mamfaatkan untuk mengembangkan potensi mahsiswa sesuai
dengan jurusan yang di ambil.
Jika
semua itu adalah sebuah prosedur yang harus dijalani baik oleh lembaga maupun
mahasiswa, kenapa pemerintah harus mengambil kebijakan yang terkesan
memberatkan mahasiswa saja. Baik, jika di pikir-pikir kebanyakan mahasiswa
bidik misi di percaya adalah mahasiswa pilihan lagi mandiri, sehingga untuk
meminta uang pada orang tua itu adalah mustahil.
Tapi
apa yang bisa di perbuat dengan uang beasiswa sebanyak Rp.6.000.000 per
semester dengan potongan soft skill sebesar Rp. 1.200.000 dan itupun keluarnya
mandek-mandek.
Menurut
keterangan mahasiswa bidik misi, mulai tahun ini program bidik misi di IAIN
mataram mulai berbenah,bentuk kegiatan soft skill di serahkan pada mahasiswa,namun
tetap dengan konsep uang 1.200.000 di alokasikan untuk kegiatan satu hari.
Hanya
berubah lokasi dari hotel mewah ke jalan-jalan melihat adat kebudayaan sasak di
bayan selama satu hari. Apa itu bentuk keseriusan dari lembaga, atau mungkin kisah mahasiswa cerdas yang mampu di
bodoh bodohi.
Tidak
ada asap tanpa api, seumpama ketua forum FMBM yang melakukan sejumlah kesalahan
sehingga di pecat karna kemungkinan kekecewaan terhadap pelayanan pihak lembaga
yang di nilai kurang serius. jika
lembaga mampu membodohi mahasiswa, maka apa tidak boleh sekali-kali mahasiswa
yangmembodohi lembaga. Jika gurunya saja salah apalagi muridnya, begitulah
logikanya.
Di
saat seperti ini keidealisan mahasiswa patut di pertanyakan, terlebih dengan
mahasiswa bidikmisi yang di anggap mahasiswa brilian atau di atas rata-rata
ternyata bisa di bodoh-bodohi lembaga. Hanya duduk manis, pasrah dengan aturan
yang membikin bacot panas, tapi nyatanya tidak mampu di suarakan. Apa hal ini
ada sangkut pautnya dengan intimidasi dari pihak lembaga. Mengingat contoh
kasus mahasiswa yang di pecat??
Seharusnya
jika ingin pembenahan yang lebih serius, lembaga pengelola bidik misi harus
lebih transparan memaparkan prosedur dan aturan main bidik misi. Tidak ada
unsur intimidasi. Dan tak lupa untuk mahasiswa idealis tidak takut menyuarakan
hak yang seharusnya di terima, jika di rasa tidak sesuai.
0 komentar:
Posting Komentar