Rabu, 17 Desember 2014

Masyarakat Desa di Jantung Kota Mataram (Kebisuan Warga Dasan Agung)

 
papuqfotografi

Terjadi kesalahan pagi ini, ketika jam 6.25 q buka mata dan melihat hp yang mati,sayup-sayup ku dengar suara kerasak kerusuk yang tak keruan bunyinya dari dapur dan teras kos ku yang sempit, ohh ternyata teman kos sedang membersihkan sisa-sisa sampah dan lantai yang berminyak bekas bermain tadi malam.

Masih ku picingkan mata, dan ku lilit tubuh tanpa selimut, gila... tangisanku tadi malam membuat mataku agak sedikit mirip ras cina,, ku ambil cermin dan ku tatap muka ini lekat-lekat... cantikk!! apa alasan aku menangis tadi malam,,?? tentu ada kaitannya dengan yang akan ku ceritakan kali ini.

Kakak tingkat yang berada di lantai bawah kosku tiba-tiba berteriak memanggil namaku...oh hoo "ismi apakah ada barang yang hilang di atas???? " kenapa jawabku, " di bawah semalam kemalingan, leptop, uang, hape samsung harga 4 jt raib" ohh my god...

Kuangkat tubuh ini dan kami berempat turun ke bawah,,tanpa ku lihat tubuhku hanya tertutup setengahnya. bagaimana tidak terkejut kami kejadian kemalingan ini sudah terjadi hampir 3 kali, yang pertamanya hanya maling beras, sepatu dan sandal bekas, yang kedua kalinya sepatu kuliyah kami dan mejikom (penanak nasi). pikir kami jika itu saja tak mengapalah... hanya barang-barang kecil, dan berpikir itu hanya keisengan orang gila yang biasanya lewat setiap hari di depan kos.

Tapi yang ketiga kalinya tak bisa kami tolerir,, pakaian kuliyahpun di embat, pikiran kami bukan masalah pakaian nya, tapi maklumlah kami wanita banyak pernak-pernik dalamnya yang seharusnya tak boleh di sentuh orang lain. kepercayaan kami masih kental dengan kultur masyarakat kami, santet dan sebagainya.

Dasan agung menurut pandanganku adalah sebuah perkampungan penduduk kota yang ramah lingkungan, dan masyarakat yang masih memiliki rasa sosial yang tinggi, lebih uniknya jika kita ungkapkan dengan masyarakat kampung di jantung kota mataram. masyarakat yang ramah,warga yang mengedepankan gotong royong dan tak lupa pula warga religius. faktanya kekompakan warga banyak di ceritakan oleh ibu kos ku tercinta.

Pendapatku dan rasaku makin di perkuat dengan teguran yang dilayangkan pada kos kami beberapa minggu lalu, ketika salah satu teman bertamu sampai hampir jam 11 malam, bukan karna kebiasaan, tapi karna ada masalah yang harus di selesaikan, itu akunya. baik sih baik menurutku, teguran tandanya sebuah perhatian dan tanda cinta sayang dari orang lain. tapi bagaimana jika caranya yang salah.

Bagaimana tidak ku katakan begitu,, orang bertamu wajar, setiap hari ada tamu wajar, kami mahasiswa terlebih bergelut di bidang bisnis yang memerlukan teman yang banyak untuk kelangsungan komunitas kami, jangankan teman, bapak-bapak, ibu-ibu, tua muda kami undang untuk datang berbagi apapun yang kami punya, saling mengisi dan berbagi imformasi. tapi tak begitu pemikiran masyarakat dasan agung tempat ku tinggal sekarang. semuanya di anggap negatif.

Ibaratnya sekali terlihat jelek maka siap-siap akan menjadi bulan-bulanan sekelompok orang usil, contohnya malam kejadian salah satu anggota kos kami, di intip dan di sangka melakukan mesum,, anak pak haji di depan kos ku mengundang masyarakat banyak untuk menggerebek kos kami, alasannya waktu bertamu tidak di perhatikanlah

Bukan sekali dua kejadiannya lah, suka ribut, meresahkan warga, membuang pembalut di atas atap warga. ibaratnya ketika ada momen yang salah semua hasil pencarian dan penelitian mereka selama ini di jadikan alasan untuk menyudutkan kami..oooohhh sungguh ironis masyarakat perkotaan ini

Malam itu masih ku ingat kami semua di caci maki,katanya kos kami harus di buabarkan dan sempat meminta persetujuan kepala lingkungan, okelah kami mungkin yang salah, tapi setidaknya teguran dululah baru pada proses yang itu, dan harus meminta konfirmasi kebenaran dari kami terlebih dahulu.

Seperti cerita temanku dulu, dasan agung itu bukan warganya tidak melakukan yang lebih paranh dari warga perkotaan lainnya, hanya saja mereka mempertahankan adat istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya dari dulu yaitu menjaga sebuah perkampungan seperti namanya, yaitu DASAN AGUNG, artinya perkampungan yang mulia tidak boleh di kotori sesuatu yang berbau merusak.

Tapi pada kenyataanya, kemalingan, pengedar narkoba, adat maulidan yang glamour dan berlebihan, serta ibu-ibu berpakaian necis masih berkeliaran dan dan tak pernah di permasalahkan oleh masyarakat ini. kenapa kami yang sebagai perantau yang kelakuannya di permasalahkan sampai sempat merugikan kami.

Pagi ini akhirnya di tutup dengan kebisuan tetangga-tetangga kami melihat kami kemalingan, sangat berbeda jauh dengan kejadian ketika kos kami di cerca habis-habisan dengan masalah yang sepele. kepala lingkungan pun hanya bisa diam. dan ujung-ujungnya akupun tak mau ambil pusing dan memutuskan tidur lagi, tentunya dengan merampungkan tulisan ini terlebih dahulu

Share On:

0 komentar:

Posting Komentar

 
;