Siang terik matahari selalu
menyengat di atas langit narmada, menyengat dan membakar kulit, kemajuan sudah
melingkupi seluruh strata sosial masyarakatnya, mulai dari kelas ekonomi sampai
ke atas, desa ini mengikuti letak geografisnya yang dekat dengan ibu kota NTB,
yakni mataram, dari segi pembangunan, setidaknya sudah banyak di bangun
kantor-kantor perusahaan besar, seperti Hino, Yamaha , perusahaan air minum
lombok dan Narmada, dan tentu juga sekarang sedang berdirinya mall besar di
Narmada gerimax indah.
Semuanya tidak terlepas dari
kualitas SDM yang mumpuni, terbukti setelah sebulan di sini, bergaul dan
bekerja bersama masyarakat, menjadikan kami setidaknya tau kultur masyarakat
desa yang sudah terjamah oleh g;lobalnya pergaulan kota.
Menikmati suasana persawahan
tak lagi nikmat seperti di desa-desa kecil, mendengar cericit burung dan
gonggongan anjing maupun naynyian jangkrik
sudah tak ada di desa narmada ini, mempunyai kesan tersendiri ketika kami di
hadapkan pada pengetahuan bahwa hamparan sawah di depan posko kelompok KKP kami
bukan lagi milik warga narmada asli, melainkan milik konglomerat dari luar. Apa
jadinya investasi pada sawah kecil yang tidak sampai berhektar-hektar dan
letaknya tidak menarik jika di bangun ruko atau bentuk usaha lain di atasnya.
Masyarakat desa dasan tereng
kec. Narmada ini sebagian besar berprofesi sebagai wirausaha, dengan kualitas
SDM nya sudah tak terlihat buta aksara, petani miskin, buruh tani, pembajak
sawah, dan pekerjaan pekerjaan orang desa pada umumnya.. di mana-mana sudah
terlihat banyak usaha laundry usaha batu akik, rental foto kopy, sumber bio
gas, kelompok peternak sapi perah dall, standar masyarakat desa yang berkesan
miskin sudah tak ada lagi.
pariwisatakukar.wordprees |
Sedemikian rupa mengemas
masyarakat menjadi masyarakat cerdas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sudah
pasti pemimpinnya atau kepala desa dasan tereng bukan pemimpin biasa, melainkan
orang yang sudah berpemikiran moderen lagi maju, kepala desa muda, pak
supratman hadi SH, semenjak berumur 23 tahun sudah menjadi kepala dusun di desa
dasan tereng karang sidemen utara, setelah itu menang di pemilihan kepala desa
tahun 2013.
Namun rupanya bukan lagi
terlihat seperti desa, melainkan sudah kekota kotaan, membuat sifat dan
karakter orangnya pun berbeda, orang desa dominan dengan bahasa halus dan
santun lagi ramah, tidak hidup individu melainkan rasa sosial tinggi, jujur dan
polos adalaha ciri khasnya, itulah sebenarnya permasalahan person masyarakat
kota-kota besar, tidak mampu bersikap seperti layaknya orang desa, bukan pada
tingkat pemikiran tapi bermain dengan watak. Dasan tereng pun begitu mungkin
tak mampu mempertahankan budaya desa tersebut.
Permasalahan yang dominan
terhadap desa berwajah kota tentunya adalah agama, sehingga menjadi nilai plus
buat kami yang berbaground agama, yakni Institut Agama Islam Negeri Mataram, tapi masyarakat di sini masih
bisa mengucap syukur karna budaya mengajji masih di marakkan, meskipun sudah
melalui TPQ, tidak lagi di rumah-rumah kiai atau guru agama seperti di desa
desa terpencil. Remaja masjidnya pun juga begitu, energik dan pemikiran lues,
membuat acara gebyar kebagkitan remaja dan lain sebagainya, tapi selalu ada
perbandingan, remaja masjid di desa mengadakan pengajian namun di sini
mengadakan gebyar di panggung megah tengah lapangan.
Dari segi agama lagi kita
tengok, dasan tereng mempunyai 2 agama besar, islam dan hindu, masing masing
mempunyai umat besar, mekipun yang paling besar tentunya islam. Banyak terjadi
perkawinan beda agama, contohnya anak didik mengajiku amar, ibunya dulu hindu
teta;pi menikah dengan orang islam, sehingga memeluk agama islam jua, tapi
anehnya di rumah amar masih terlihat keluarganya memelihara anjing, tak ada
yang melarang, tak ada omongan omongan jahat, hal tersebut masih di anggap
wajar.
blog.8share.com |
Terpungkiri oleh zaman yang
merupakan anugrah tuhan, dan selalu berusaha di perbaiki oleh para kaum idealis
bertahun tahun lamanya, naluri jahat dan rakus birokrasi tak kunjung padam,
politik itu baik katanya, jika di pergunakan pada tempatnya, namun politik itu
kadang selalu di salah artikan sebagian oknum yang duduk di kursi pejabat.
Bukan saja di tatanan oknum
pejabat pejabat tinggi negara, meskipun tidak sepenuhnya di cap salah dan
selalu diiringi pandangan miring dari berbagai pihak, tapi juga penyakit salah
itu mewabah ke tatanan-tatanan pemerintah bawah, Kami tidak tau apa salah kami
menjadi warga polos yang selalu memimpikan pemimpin jujur lagi baik.
Belum lengkap sampai waktu
penarikan kami, ingin rasanya menciptakan sejarah baik yang nantinya akan di
kenang oleh masyarakat sini, tapi pengalaman juga yang jadi tolak ukur
kemampuan orang untuk bermain.
Sampai hari ini kami masih
kesulitan mencari dana untuk agenda acara besar kedua kami di desa dasan
tereng, tidak seperti di posko teman-teman kami yang lain, yang mendapat lokasi
lokasi berkultur primitif, menjamin mereka mendapatkan makanan enak setiap hari
dari warga masyarakatnya yang senang
berbagi. Dana untuk kegiatan bakti sosial dan santunan buku pada anak-anak
didik di sekolah alam yang berdiri satu bulan lamanya.
Mendengar cerita teman,
mereka mengadakan acara menggunakan anggaran desa sampai berjuta juta, mau
mengadakan acara sebesar apapun selalu di dukung oleh kepala desa, mereka di
hormati layaknya orang yang berpengetahuan tinggi, mahasiswa bisa melakukan
hal-hal besar untuk bekerja membangun desa, di percayai itu intinya. Tapi kami
di sini masih dengan proposal yang di tolak oleh instansi instansi, pengemis
instansi bahas kasarnya. Nama baik kami tercoreng ketika kami memohon bantuan
dana pada staf perangkat desa oleh sebab kegiatan kami tidak bersamaan dengan
kegiatan remaja masjid yaitu acara gebyar. Jelas acara kami tidak bisa
bersamaan karna bakti sosial dan acara pengajian pengiring penarikan kami akan
di adakan di masjid bukan di lapangan dengan panggung besar lengkap dengan
pencahayaan terang, jika boleh memilih di masyarakat moderen lebih banyak
cekcok pengiringnya adalah masih seputar uang, namun di masyarakat desa banyak
semangat di sertai dengan kejujuran.
Tinggal dua minggu, kami akan
meninggalkan desa penuh kenangan ini, desa dimana aku tau banyak perempuan muda
kaya yang mentraktir laki-laki, banyak anak-anak kecil yang sudah energik di
depan kamera, hanya bu nur yang setia dengan seember terong 3 kali seminggunya,
dia akan mampir di bonceng menggunakan honda astrea oleh suaminya ke posko
kami, mengantar terong hasil garapan sawah mereka. Aku bersyukur.
0 komentar:
Posting Komentar