Selasa, 19 Mei 2020 0 komentar

Negeri Apa Kata Kita

Negeri Apa Kata Kita



Pemerintah sudah menghemat anggaran,  rakyat diam di rumah saja. Langkah langkah yang cepat,  fokus,  terpadu dan sinergi telah dilakukan. Berbagai upaya untuk menghadapi keterlambatan ekonomi. Mengapa masih banyak yang terdampak covid 19?

Bagaimana pendapat seseorang jika menilai seorang anak tetangga atau teman dekatnya?
Anak suka rewel, anak sering ngelawan,  anak baik,  anak penurut,  itu karena apa kata kita sebagai orang tua. Bukan cuma pada sifat si anak,  tetapi juga pada kondisi fisiknya,  lemah atau stabil,  contohnya jika anak demam, kalau di bawa ke dokter A tidak sembuh di sarankan ke dokter si B oleh tetangga dekat,  keesokan harinya tidak sembuh juga tetangga sebelahnya lagi menyarankan untuk ke dokter spesialis,  tidak sembuh juga tetangga jompo dekat rumah menyarankan ke dukun saja mungkin lebih manjur.

Belum melaksanakan apa kata para tetangganya,  paman dan bibi si anak menyarankan pake ramuan ramuan herbal, contohnya bawang merah di campur minyak telon dipastikan manjur katanya.

Diantara sekian banyak masukan,  si orang tua selalu tidak patuh, bukan karena usulnya tidak bagus tapi karena berbagai macam alasan yang mungkin akan tidak bagus jika di terapkan pada si anak menurut analisis orang tuanya sendiri.

Contohnya, jika ke dokter spesialis mungkin si orang tua tidak memiliki banyak uang,  jika memakai herbal bawang merah dan minyak telon itu akan sensitif pada kulit si anak. Saat itulah orang tua sudah akan mengandalkan satu cara yaitu "apa kata kita" alias cara yang mana yg diyakini paling efektif berdasarkan yg lihat pada diri si anak.

Lalu kenapa pendapat para tetangga belum benar,  karena dia bukan orang tua si anak, para tetangga tidak terlalu mengenal dan dekat dengan anak tersebut

Beralih ke masalah yang kita hadapi saat ini,  dimana covid 19 masih melanda negeri. Jika saat di terapkan berbagai solusi untuk menghadapi masalah tidak juga memberikan efek positip, mungkin karena ada analisis yang salah dengan prosesnya.
Bukan karena pemerintah tidak bisa,  tapi mungkin masih ada yg perlu dibenahi,

Begitu banyak celotehan, masukan, hinaan,  bahkan ancaman ditujukan pada pemerintah sekarang,  itu karena mungkin masyarakat menganggap dirinyalah yang paling benar. Tapi ingat, bukan hanya karena indonesia negara demokrasi kebijakan akan terus membenarkan apa kata rakyat. Pada kasus covid 19 sekarang ini, rakyat hanya ingin kebijakan berdasarkan "apa kata kita"

Belum lagi  media yang memegang kendali arus berjalannya wabah ini,  pemerintah dan rakyat sebagian besar bergantung hanya kepada pemberitaan, dan sebagian lainnya hanya sebagai penonton.  efek pemberitaan pula panik di tengah pandemi tak bisa terelakkan.  Dengan kata lain media sangat berperan menerapkan prinsip "apa kata kita"

Bantuan Langsung Tunai (BLT) sejumlah 600 ribu rupiah dan sembako ala ala masyarakat miskin telah tersalurkan, pemerintah harus terpaksa merelokasi dana desa sebesar 71,19 triliun untuk mememuhi kebutuhan pokok rakyat.  Disini rakyat seakan akan memerankan aktor termiskin dan sangat terganggu dengan keadaan yang di terapkan pemerintah.  Pertanyaannya apakah rakyat memang benar benar membutuhkan itu saat ini?

Seperti sebagian besar kantor dan industri yang terkena dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB) yang pastinya berbagai alat kerja oprasionalnya tidak difungsikan dan sudah tidak tentu tidak menguras biaya banyak,  saya yakin begitu pula dengan sebagian rumah tangga, semasa di terapkan Lockdown tidak banyak biaya yang dikeluarkan seperti contoh,  belanja anak sekolah, biaya listrik dibayarkan pemerintah,  tidak perlu mengeluarkan ongkos bolak balik kerja, gaji PNS tetap berjalan,  gaji bulanan untuk para pekerja honor tetap di bayarkan kecuali yang terkena PHK. Pertanyaannya apakah rakyat benar benar membutuhkan BLT dan sembako yang tidak seberapa itu dari pada kebebasan setelah berakhirnya wabah ini?  Bahkan di katakan bantuan tersebut akan di bagikan secara merata untuk seluruh rakyat, berapa banyak biaya lagk uang negara yang harus di gelontorkan.

Rakyat masih bisa makan meskipun tidak dengan BLT dan sembako yang diberikan, cukup untuk satu dua tiga bulan, buktinya masih mampu beli baju dan kue lebaran.
Kondisi kian ramai terjadi di mall mall, distro,  butik,  pasar, dan pusat perbelanjaan. Masjid di tutup, menimbulkan rasa kesal sebagian masyarakat.  Jika sudah tak terbendung kondisi membosankan ini,  maka negeri ini "apa kata kita" karena sabar diam di rumah itu sulit wahai bapak bapak pemangku jabatan. Analisis masalah haruslah tepat,  tidak asal glontorkan sekian banyak dana,  tanpa adanya upaya penanggulangan yang tepat.  🙏




 
;