turmuzitur |
Menurut anak agung di
seberang pulau sana
Ada seorang biduan
mengecap dengan ibu jari
Dia berkata...
Gulali tak terasa manis
lagi nak
Yang ada hanya munte,
munte, munte
Dia keriting, pirang,
hitam, pekat
Menyapa dengan mulut
liuran.
Simpan kata-katamu nak,
lidah tak bisa menari dengan kecapan liur bak kuah
Hanya saja kau belum
dewasa
Mengerti arti sedap dan
kecut itu hanya mati rasa
Mengerti benturan nafasku
tak kau anggap penyakit
Mengerti buaian tangan
halusku tak kau resapi
Keciprat keringatku tak
pernah kau hargai.
Kini kau rasa seperti es
batu kau rasa embun di telapak kakimu
Bukan lagi keringat ,tapi
peluh mendamba medali yang kau inginkan
Biasanya kau kantongi
topeng tapi kini riya’ perisai tubuh mu
Dua-duanya sama, hanya
beratnya kau terlahir dari rahimku nak
Anggap saja kau keluar
dari selak batu
Agar aku tak terbiasa
menanggung malu.
Andai saja kau bisa
kalungi rangkaian bunga semasa aku hidup
Kau coba penuhi lemari
kaca di rumah dengan piala-piala emas
Bukan saja aku yang
bangga.. tapi kaum penonton akan turut berbahagia.
2 komentar:
BAGUS SEKALI...
Thankyou
Posting Komentar