Selasa, 23 Desember 2014

Pelayanan Publik dan Peran Masyarakat

kesbangpol.banjarkab



Diskusi tentang pelayanan publik di kelurahan banjar hari sabtu tanggal 20 desember kemarin berlangsung seru. Di buka oleh sambutan pak erfin kaffah yang menjelaskan bahwa pelatihan tersebut di adakan guna mendorong pelayanan publik di kota mataram. Sebagai pesertanya adalah forum warga kota mataram dan warga kelurahan banjar.

Menurut penuturan pak wiji selaku fasilitator selama diskusi, pelayanan publik itu di rasa memang sudah ada namun perlu di awasi oleh masyarakat. Kemungkinan dengan diskusi sederhana tersebut dan di tunjang dengan pelatihan jurnalisme warga sebelumnya dapat  menimbulkan efek yang bisa membantu upaya peningkatan pelayanan publik ke depannya.

Memang cara diskusi lepas seperti itu lebih membuat warga terbuka dengan permasalahan atau pengalaman yang selama ini di rasakan tentang pelayanan publik, mulai dari pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup,perhubungan, perbankan, dan lain sebagainya di kupas sendiri oleh warga.

Meskipun tingkat kepuasan masing-masing orang berbeda namun rata-rata peserta diskusi mengaku mengeluh akan masih minimnya pelayanan publik. Contoh kecil dengan pelayanan di bidang komunikasi dan informasi. Pak maman selaku warga kelurahan banjar mengaku masih awam tekhologi dan media publik, ketika di anjurkan menulis di blog jurnalisme warga. Hal itu menurutnya di karenakan oleh pelayanan internet di kelurahan banjar tidak di fungsikan maksimal, dia tidak tahu menahu tentang adanya pelayanan internet di desanya.

Pernyataan pak maman di bantah oleh pihak dari YKPR provinsi yang menyatakan bahwa di seluruh kelurahan pemerintah kota sudah menyalurkan internet gratis dengan komputernya, jadi kemungkinan jika masih ada warga yang mengeluh tentang pelayanan di bidang tersebut, mungkin pemerintah setempat belum melakukan sosialisasi secara maksimal.

di tambahkan lagi oleh pak geger selaku peserta diskusi, mengatakan bahwa jangankan di mataram, di wilayah bagian sekotong masih banyak warga yang kekurangan bantuan di bidang komunikasi, sinyal di sana masih sangat kurang, mengingat bahwa ia adalah seorang penggali emas liar di wilayah sekotong. Hal itu di bantah dengan alasan yang cukup logis oleh pak syarif, karna memang wilayah sekotong bukan lagi tanggung jawab pemerintah kota mataram. Namun sangat penting untuk di perhatikan oleh pemerintah bersangkutan.

Itu baru berkisar tentang masalah pelayanan di bidang komunikasi, belum lagi di bidang pendidikan. Ketika dilakukan klasifikisi tingkat kemajuan pada masing-masing jenis pelayanan publik, forum menyatakan pendidikan berada pada angka 25-50, dengan alasan yang di ajukan oleh pak maman mengatakan bahwa, memang pelayanan pendidikan yang formal mungkin telah bisa dikatakan sukses, berbicara pendidikan tidak hanya tentang pendidikan formal saja, namun dalam lingkup informal pun harus dimajukan.

Contoh pendidikan yang di jadikan alasan penolakan tersebut yaitu pendidikan bagi ibu-ibu yang tidak punya skill,sementara pengembangan skill sangat di butuhkan untuk bisa hidup mandiri dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Alasan tersebut bisa di terima oleh peserta diskusi yang lain, sehingga sepakat menaruh pelayanan publik di bidang pendidikan masih sangat minim, di ukur dengan angka 25-50,artinya itu masih di bawah setengah dari kesuksesan pemerintah kota.

Lain halnya dengan pelayanan kesehatan yaitu permasalahan jamkesmas. Pelayanan yang satu ini menuai pro dan kontra dari peserta diskusi. Ibu eni perwakilan dari warga banjar dan masih menjabat sebagai kader di desa berseloroh “ saya rasa pelayanan jamkesmas sudah sangat bagus, buktinya jika ada warga saya yang sakit langsung saya bawa ke rumah sakit cepat dilayani meskipun kami menggunakan jamkesmas”

Pernyataannya menimbulkan keributan kecil oleh peserta diskusi yang lain. Salah satu peserta mengatakan “ itu kan di desanya ibu sedangkan kita ini berbicara pelayanan secara menyeluruh, “ ujarnya menggebu-gebu. Di sambut lagi dengan ungkapan-ungkapan yang tidak jelasa dari yang lainnya. Tetapi sedikit membuat forum cair.

Diskusi itu dilanjutkan oleh pak latif dan mbak fitri rahmawati dari aji (aliansi jurnalis independen), dengan banyak membahas tentang pentingnya menulis, jurnalisme warga tidak di adakan semata-mata untuk mendorong tingkat pelayanan publik, akan tetapi lebih luasnya agar bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang banyak.

Sempat di sentil bahwa oleh pak latif “menulis berbeda dengan menyampaikan sesuatu lewat argumen,menulis lebih abadi sedangkan berkata-kata bisa langsung lewat begitu saja” Hanya yang menjadi alasan warga harus menulis agar suara-suara rakyat itu tersampaikan kepada pemerintah melalui media dan sekaligus sebagai informasi bermanfaat untuk khalayak umum.
Share On:

0 komentar:

Posting Komentar

 
;