Aku
ingin sedikit bercerita tentang kisah menggoreskan pena, meliuk-liukkan
jari-jemari ini mengikuti isi perasaan yang
diselaraskan dengan fikiran hingga lahirlah sebuah karya. Karya itu bagiku tak
mesti harus di puji orang lain, tetapi ketika kita sudah melihat apa yang mampu
kita perbuat dan hasilkan untuk diri kita itu lebih mengagumkan .
Fikirku
sederhana, dulu ketika aku mulai merangkak merangkai kata, ku awali dengan
inspirasi menurut kadar usiaku,yaitu sebuah perasaan kepada seorang teman.
Aku
tidak berbicara soal ideal, sekali lagi bukan!!! Meskipun aku masih berstatus
mahasiswa. Aku terkadang heran berfikir ideal pun kadang di lihat sebagai
sebuah fikiran yang mengada-ada,tapi justru suatu fikiran ideal adalah makna
hidup yang seharusnya, tapi yaaa mungkin karna orang yang mengtakan seperti itu
selalu gagal dengan fikiran-fikiran idealnya terlebih dahulu.
Kembali
lagi ke menulis, sewaktu duduk di bangku MTS. MUALLIMAT NW PANCOR dulu aku
mempunyai genk berandal, anggota maksimal bisa mencapai 11 orang, paling
sedikit hanya berlima. Kami identik dengan geng bemo, berangkat paling
terlambat dan pulangpun paling terlambat, karna menunggu bemo yang bisa di
hutangin ongkos.
Hehe,
kenapa aku bercerita tentang masa puber ku, karna dari semenjak itu aku ibarat
seorang penjual kata-kata,bahasa isaratnya “ yang membutuhkan surat cinta mari
mendekat”. Teman-temanku mengakui bahwa aku adalah si ratu gombal. Malah ada
yang bilang aku si pemboros kata, bagaimana tidak bahasa di tulisanku bisa di
bilang sangat konyol dan menerawang jauh,mungkin adanya bisa di temukan setelah
melewati pintu langit ke tujuh.
Jika
di ingat aku sering tertawa sendiri melihat hasil tulisan lebay, semisal “maaf
aku tidak bisa menerima hatimu,karna mungkin aku tidak pantas untuk kau miliki”
anak MTS gitu lo. Teman-temanku mempercayakan kata-kata di surat cintanya
padaku, tapi tentunya atas persetujuan mereka setelah jdi, but untuk profesi
ini tak ada yang namanya uang tip.
Berlanjut
ke bangku aliyah, sekolah yang namanya MA.hamzanwadi, ini tempat aku berproses
tentang banyak hal, dari yang kecil-kecil sampai yang parah besarnya. Jika di
ungkapkan MTS aku masih menggunakan pena
yang tumpul tanpa ku asah, di aliyah aku terus mengasah. Aku tidak lagi menjadi
penjual kata-kata, tapi lebih kepada menoreh kata-kata untuk kepuasan hati.
Aliyah
aku mulai menulis buku harian (binder) setiap hari, kegiatanku mulai dari
bangun tidur sampai tidur lagi ku catat, seperti aku takut kehilangan momen
penting di hidupku. Menulis buku harian membuatku ketagihan, ketika membacanya
aku merasa banyak rasa tidak hanya satu, bagaimana tidak ketika tulisannya
bahagia aku turut lagi merasakan bahagia, jika nanti tulisannya bercerita
tentang kesedihan aku kembali bersedih untuk kedua kalinya
Buku
harian menjadi teman setiaku, tak bisa jauh. Terlebih ketika aku sendiri
mengalami masa puber aliyas jatuh cinta pada salah satu kawan di sekolah, aku
sangat giat menceritakannya di buku harian, hal-hal terkecil sekalipun. Mengenai
bentuk wajahnya, caranya berjalan, caranya bertingkah di depanku. Lebih lebih
ketika dia menyatakan perasaannya padaku, ahhh tak kan bisa ku lupakan rasanya.
Masa yang paling indah di sekolah adalah saat kita mengenal cinta-cintaan
bukan.??
Dan
suatu hari dimana aku sudah putus dengannya, buku harian ku hilang,aku tak
sempat mencari, sibuk dengan pacar baruku. Dan mulai saat itu juga aku jarang
menulis...tak ada inspirasi, hari-hariku penuh kekangan dari si pacar baru, ku
gunakan hari-hari dengan begitu cengengnya.
Jangankan
menulis membaca pun aku malas, novel-novel bagus biasanya tak mampu ku lihat
jika tidak ku lihat takutnya aku ngiler. Tapi sejak itu aku rasanya nagai
boneka,diam tak melakukan apa-apa untuk diriku sendiri. Aku terlalu berfikir
idealnya untuk status pacaran ku.
Sekarang
aku sudah putus dan kembali sering membaca dan menuruti semua inginku. Melakukan
kesenanganku, dan beraktivitas bebas tanpa kekangan. Berangsur-angsur aku mulai
menulis lagi, dan ajaibnya buku harianku pun kembali ku temukan. Bahagianya....
Bisa
ku katakan inspirasi itu tidak akan datang ketika suasana hati sedang tidak
enak, apalagi bersama orang yang penuh kekangan dan membuat tertekan setiap
hari dengan masalah yang bejibun. Sebaliknya inspirasi itu salah satunya adalah
hati yang damai dan penuh cinta, sehingga sesuatu yang penting bisa segera
masuk. Akupun begitu, salah satu yang membuat aku kembali menulis adalah aku
dekat dengan mantan pacarku, meskipun hubungan kami tak sebaik yang dulu.
Dia
adalah inspirasiku. Kadang bukan masalah hati yang membuat aku menulis, tetapi
kadang aku iri pada keberhasilan orang yang ku anggap dekat, eits dekat di hati
maupun dekat di mata.dan tulisannya pun bukan semata-mata hanya tentang masalah
hati, basii katanya seorang yang jahat padaku, tapi juga hal-hal yang
bermanfaat untuk orang banyak. Hehe....
ibarat menulis bagiku adalah sebuah hiburan ketika sedih. bisa berbagi adalah hal yang mulia bukan??
0 komentar:
Posting Komentar