Kamis, 18 Desember 2014

Catatan Sederhana Tentang Menulis (Indahnya Berbagi)



 
inspirasi.online
Aku ingin sedikit bercerita tentang kisah menggoreskan pena, meliuk-liukkan jari-jemari ini mengikuti  isi perasaan yang diselaraskan dengan fikiran hingga lahirlah sebuah karya. Karya itu bagiku tak mesti harus di puji orang lain, tetapi ketika kita sudah melihat apa yang mampu kita perbuat dan hasilkan untuk diri kita itu lebih mengagumkan .

Fikirku sederhana, dulu ketika aku mulai merangkak merangkai kata, ku awali dengan inspirasi menurut kadar usiaku,yaitu sebuah perasaan kepada seorang teman.

Aku tidak berbicara soal ideal, sekali lagi bukan!!! Meskipun aku masih berstatus mahasiswa. Aku terkadang heran berfikir ideal pun kadang di lihat sebagai sebuah fikiran yang mengada-ada,tapi justru suatu fikiran ideal adalah makna hidup yang seharusnya, tapi yaaa mungkin karna orang yang mengtakan seperti itu selalu gagal dengan fikiran-fikiran idealnya terlebih dahulu.

Kembali lagi ke menulis, sewaktu duduk di bangku MTS. MUALLIMAT NW PANCOR dulu aku mempunyai genk berandal, anggota maksimal bisa mencapai 11 orang, paling sedikit hanya berlima. Kami identik dengan geng bemo, berangkat paling terlambat dan pulangpun paling terlambat, karna menunggu bemo yang bisa di hutangin ongkos.

Hehe, kenapa aku bercerita tentang masa puber ku, karna dari semenjak itu aku ibarat seorang penjual kata-kata,bahasa isaratnya “ yang membutuhkan surat cinta mari mendekat”. Teman-temanku mengakui bahwa aku adalah si ratu gombal. Malah ada yang bilang aku si pemboros kata, bagaimana tidak bahasa di tulisanku bisa di bilang sangat konyol dan menerawang jauh,mungkin adanya bisa di temukan setelah melewati pintu langit ke tujuh.

Jika di ingat aku sering tertawa sendiri melihat hasil tulisan lebay, semisal “maaf aku tidak bisa menerima hatimu,karna mungkin aku tidak pantas untuk kau miliki” anak MTS gitu lo. Teman-temanku mempercayakan kata-kata di surat cintanya padaku, tapi tentunya atas persetujuan mereka setelah jdi, but untuk profesi ini tak ada yang namanya uang tip.

Berlanjut ke bangku aliyah, sekolah yang namanya MA.hamzanwadi, ini tempat aku berproses tentang banyak hal, dari yang kecil-kecil sampai yang parah besarnya. Jika di ungkapkan MTS  aku masih menggunakan pena yang tumpul tanpa ku asah, di aliyah aku terus mengasah. Aku tidak lagi menjadi penjual kata-kata, tapi lebih kepada menoreh kata-kata untuk kepuasan hati.

Aliyah aku mulai menulis buku harian (binder) setiap hari, kegiatanku mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi ku catat, seperti aku takut kehilangan momen penting di hidupku. Menulis buku harian membuatku ketagihan, ketika membacanya aku merasa banyak rasa tidak hanya satu, bagaimana tidak ketika tulisannya bahagia aku turut lagi merasakan bahagia, jika nanti tulisannya bercerita tentang kesedihan aku kembali bersedih untuk kedua kalinya

Buku harian menjadi teman setiaku, tak bisa jauh. Terlebih ketika aku sendiri mengalami masa puber aliyas jatuh cinta pada salah satu kawan di sekolah, aku sangat giat menceritakannya di buku harian, hal-hal terkecil sekalipun. Mengenai bentuk wajahnya, caranya berjalan, caranya bertingkah di depanku. Lebih lebih ketika dia menyatakan perasaannya padaku, ahhh tak kan bisa ku lupakan rasanya. Masa yang paling indah di sekolah adalah saat kita mengenal cinta-cintaan bukan.??

Dan suatu hari dimana aku sudah putus dengannya, buku harian ku hilang,aku tak sempat mencari, sibuk dengan pacar baruku. Dan mulai saat itu juga aku jarang menulis...tak ada inspirasi, hari-hariku penuh kekangan dari si pacar baru, ku gunakan hari-hari dengan begitu cengengnya. 

Jangankan menulis membaca pun aku malas, novel-novel bagus biasanya tak mampu ku lihat jika tidak ku lihat takutnya aku ngiler. Tapi sejak itu aku rasanya nagai boneka,diam tak melakukan apa-apa untuk diriku sendiri. Aku terlalu berfikir idealnya untuk status pacaran ku.

Sekarang aku sudah putus dan kembali sering membaca dan menuruti semua inginku. Melakukan kesenanganku, dan beraktivitas bebas tanpa kekangan. Berangsur-angsur aku mulai menulis lagi, dan ajaibnya buku harianku pun kembali ku temukan. Bahagianya....

Bisa ku katakan inspirasi itu tidak akan datang ketika suasana hati sedang tidak enak, apalagi bersama orang yang penuh kekangan dan membuat tertekan setiap hari dengan masalah yang bejibun. Sebaliknya inspirasi itu salah satunya adalah hati yang damai dan penuh cinta, sehingga sesuatu yang penting bisa segera masuk. Akupun begitu, salah satu yang membuat aku kembali menulis adalah aku dekat dengan mantan pacarku, meskipun hubungan kami tak sebaik yang dulu.

Dia adalah inspirasiku. Kadang bukan masalah hati yang membuat aku menulis, tetapi kadang aku iri pada keberhasilan orang yang ku anggap dekat, eits dekat di hati maupun dekat di mata.dan tulisannya pun bukan semata-mata hanya tentang masalah hati, basii katanya seorang yang jahat padaku, tapi juga hal-hal yang bermanfaat untuk orang banyak. Hehe....

ibarat menulis bagiku adalah sebuah hiburan ketika sedih. bisa berbagi adalah hal yang mulia bukan??



Share On:

0 komentar:

Posting Komentar

 
;