“Tak ada jalan lain katanya, kecuali kembali ke pesantren” ungkapan itu menghujam dan masuk saat I’tikad baik yang tak terealisasikan jamaah NU pada zaman orde lama. Tak diundang tak berarti berhenti berjuang, menegakkan kebaikan direalisasikan dengan mendirikan khilafah adalah sebuah niat baik kiai hasyim al-asy’ari selaku pendiri NU kala itu. Namun kembali bukan pilihan terbaik menurut para hasyim kekinian.
Mungkin karna zaman tak pernah juga kembali, harga barang dan mode selalu mengalami perbaikan, dan tingkah dan pola hidup sudah tak menentu. Harus diluruskan, sekarang itulah yang mesti dilakukan NU, jangan ada kata kembali lagi.
Diantara yang istimewa dan mendesak untuk terus diingat dan disosialisasikan adalah cara berislam yang tepat dan proporsional, untuk mencapai itu semua dibutuhkan paham ahlussunnah waljamaah, tak ada yang membatasi ihtiar dengan cara apapun selama itu baik.
Bukan saja NU yang berkepentingan untuk tugas berat tersebut. Ada 300 lebih faham yang beredar saat ini, sebagai organisasi besar dan terkenal baik, tak layak jika NU menganggap paham ahlus sunnah satu satunya cara untuk kembali. Diantara sepersekian paham tersebut kenakalan kenakalan nalar dan teologi sudah sangat keras dan menantang, tak perlu contoh konkrit, kita semua sudah tau karna ratusan paham tersebut sudah mulai menampakkan diriya lewat media sosial.
Mengakui mereka tak berarti harus memungkiri dan menghujat seperti lakon pra politikus itu. Salah satu fungsi aswaja an-nahdliyah adalah sebagai paham atau ajaran yang diinternalisasikan dalam bentuk ubudiyah, bersosial dengan sesama adalah pola yang tepat untuk menjalankan agama islam kita tercinta, pendapat tersebut pernah saya dengar dari ketua aswaja NU center kabupaten jombang, jawa timur Yusuf Suharto.
Namun yang terjadi saat ini tentu sangatlah jauh dari kalimat tersebut. Jauh panggang dari api. Salah satu penyebabnya mungkin adalah tergiurnya para tokoh tokoh kita dengan dunia perpolitikan yang jauh lebih asyik daripada sekedar bersosialisasi lewat dakwah lisan maupun tulisan. Pertanyaan sekarang adalah mampukah NU kembali? ke majlis mungkin masih, namun begitukah dengan pesantren?.
Dinamika sosial yang tidak hanya tenar dikalangan atas akan tetapi juga dikalangan masyarakat menengah kebawah, seperti maraknya kasus kasus mengerikan. saya mengambil contoh kasus pembunuhan dan pemerkosaan.
Hal tersebut sudah saatnya menjadi bahan evaluasi untuk organisasi besar ini yang harus terangkum dalam wadah dan eskekusi dari internal, bukan dalam bentuk tindakan para pengusung partai. Bukan tak berguna, hanya saja politik tak bisa menjadi satu, sementara kedamaian dan ketentraman itu akan kembali jika NU pun kembali.
Infrastuktur NU sejak awal dibangun diatas tiga pilar utama, semangat kebangsaan (Nahdlatul wathan) , semangat atau kebangkitan ekonomi (nahdlatul tujjar) dan gerakan pengembangan pemikiran (taswirul afkar). Infrastuktur yang komplit dengan sisi berbasis kultural di indonesia. Marilah melihat dari sisi kebersatuan tujuan yang tengah diperjuangkan oleh seluruh organisasi-organisasi lainnya.
Jika ketiga pilar tersebut frekuensi kekuatannya sama dengan masa orde lama kita tak perlu gusar. Semangat kebangsaan sudah tentu akan seimbang jika pengembangan pemikiran tak lagi primitif dan transeden. Apalagi dibarengi dengan majunya prekonomian, ekonomi selalu sangat menarik jika diakaitkan dengan hukum sebab akibat, adanya tingkah polah hidup kasar tak beradab bukan hanya menyangkut ahlak namun juga fakta ekonomi dilapangan. Oleh karna itu ORMAS menjadi ujung tombak terpenting untuk meletakkan batu pertama diatas ketidakberdayaan kultur umat saat ini.
Begitupun dengan pejuang NU kampus, para santri yang menjelma sebagai mahasiswa, memainkan peran dari tekstual kepada kontekstual, dalam keilmuan beranjak ke kontemporer. Tak harus menjawab tantangan diatas dengan menjadikan diri terpencil dari pergaulan atau menjadi rakus dengan jabatan.
Dua sisi bertolak belakang, namun sama sama bermuara pada satu hal, yaitu keyakinan. Keyakinan itu pastinya terangkum dalam ilmu-ilmu yang disampikan melalui corong organisasi. satu satunya solusi mungkin adalah kembali dengan cara yang asyik.
satu ciri aqidah ahlus sunnah wal-jama’ah adalah aqidah yang sejalan dengan fitrah dan logika yang benar, tak harus banyak gaya, tapi jangan sampai mati gaya. Kerusakan yang kita lihat tak harus menyelesaikannya dengan cara pengajian dan menyebarkannya lewat dakwah nan membosankan. Mereka para oknum oknum perusak tak kehabisan gaya untuk berlaku curang, nah kita punya cara mengembalikan mereka dengan cara yang mengikuti zaman.
Seperti dendam, rindu harus dibayar tuntas
Penulis : eka kurniawan
Penerbit : PT gramedia pustaka utama
Jumlah halaman :242
Eka kurniawan lewat novel ini membuatku merinding, sekaligus geli. Dari awal sampai akhir novel dengan sampul hijau terang membuatku berhayal dan turut berkecimpung dengan kemaluan seorang ojo kawir, sang peran utama dalam novel ini. Sederhananya ku ceritakan kepadamu ini bukan hanya tentang kemaluan yang tak bisa berdiri. Tapi menurutku kemampuan eka mengemas suatu permasalahan alot negeri ini, dan sedang tenar menjadi trend orang orang tanpa moral dan bermuka tebal. Yakni kejahatan seksual.
Apa penyebabnya, apa sebenarnya tujuannya, apa ada nuraninya kalau bahasa orang yang menyaksikan kekejian tersebut, apa mungkin bisa dimaafkan? Jika kamu membaca buku ini, kamu tak akan sepenuhnya membenci para penjahat itu. Ini tentang transeden rasa dan kenyataan. Hayalan penguasa tak hanya sebatas idealnya seperti apa, tapi seharusnya mengapa.
Karna rasa hanya pribadi saja pengukur pasti, tak akan bisa orang lain. Seperti mimpi basah dan hasrat ojo kawir saat berusia belasan tahun. Dirinya dan sahabatnya toket berjanji tak akan pernah mempergunakan sang burung kepada wanita lain selain istrinya kelak. Namun ia terkungkung dengan rasa penasaran saat melihat pak kades bercumbu dengan istrinya.
Si toket si sahabat kebetulan menemukan kasus seorang wanita gila yang ditinggal mati suaminya. Suami wanita itu adalah seorang mafia. Dirinya terbunuh dengan beberapa tembakan saat bercinta dengan rona merah, wanita yang akhirnya ditenukan gila oleh si toket.
Hingga pada suatu kesempatan ia mengajak ajo kawir mengintip wanita gila itu mandi. Tubuhnya cantik meskipun sering berak disana sini. Hasrat bocah belasan tahun digambarkan edi sangat membara, menemukan klimaks di setiap ada kesempatan dan dinikmati dengan segala cara. Tapi na'as ojo kawir dan sahabatnya bukan menikmati tubuh rona merah, akan tetapi menyaksikan kebiadaban. 2 orang polisi menyetubuhi wanita gila itu dengan cara sadis. Bergiliran bak makanan lezat di atas meja. Ojo kawir ketahuan mengintip dan akhirnya dipaksa melakukan hal yang dilakukan oleh kedua polisi tersebut. Di saat itulah kemaluan ojo kawir tidur untuk waktu yang sangat lama. Trauma dan mati rasa dengan perempuan dan hasrat.
Ojo kawir tak putus asa. Ia tetap menjalani kehidupannya dengan normal walau tanpa kemaluan yang bisa berdiri tegak, ia mencintai dan dicintai perempuan yang dy inginkan. Namun perempuan tersebut, iteung, digambarkan oleh eka seperti kebanyakan wanita sekarang, ia sudah banyak makan asam garam dengan laki laki di dunia seksual kendati usianya masih dua puluhan tahun. Iya menerima ojo kawir tanpa melihat kemaluan yang tak bisa bangun itu. Namun tuhan menghukumnya, perasaan tersiksa berumah tangga tanpa kebutuhan biologis dari suaminya membuat kelam rumah tangga mereka.
Iteung hamil dari sang mantan, membuat ojo kawir murka dan memilih hidup sebagai supir truk, ia putus asa, sudah tiga belas dukun tak bisa mengobati penyakitnya, bahkan pernah ia mencoba memotongnya dengan kapak tapi toket mampu melerai.
Saat menjadi supir truk dan iteung masuk penjara krna membunuh mantan yang menghamilinya. Ojo kawir memilih tidak ingin lagi memikirkan maslah burung. Dunia yang keras dan penuh dengan bunuh membunuh ia tinggalkan. Kemampuannya yang jago berkelahi dan pernah membunuh preman sangat disayangkan oleh mono ompong pemuda belia sang kenek truk. Ojo kawir berfikir mungkin saatnya ia memilih dunia sunyi seperti dunia burung miliknya. Ia tak pernah bangun, tak tergoda dengan kenikmatan, ia tidak mati dan dia tidak juga terlalu hidup. Setiap tindakan salah ojo kawir selalu bertanya kepada burungnya, apa aku pantas melakukannyà?
Dan orang sekitar ojo kawir demi mengetahui permaslahan burung ojo, Berfikir jika ojo kawir bisa membunuh dua orang polisi yang pernah memaksanya menyetubuhi rona merah maka burungnya bisa bangun dan segar kembali. Tapi nurani ojo kawir tak bergeming. Ia tetap memilih dunia sunyi sesunyi dunia si burunģ tanpa kehangatan dan intrik.
Hingga akhirnya datang seorang gadis bernama jelita, ia mampu membuat ojo kawir mimpi basah, walaupun tubuh jelita jelek, dan sama sekali tidak pernh di lirik para supir truk kesepian. Dunia pelacuran supir truk tak pernah ia gauli oleh ojo kawir, bahkan jari jari tangannya tak mampu ia mainkan pada kemaluan wanita lain selain kemaluan istrinya iteung.
Dimimpinya si burung akhirnya bisa bangun, dan untuk pertama kalinya wanita jelek itu yang mendaptkan kepusan dari ojo kawir. Bukan istrinya. Iteung pulang dari penjara akan tetapi meneruskan misi selanjutnya yaitu membunuh kedua polisi yang menyebabkan burung suaminya tidak pernah bangun. Dan saat burung ojo kawir pulih, iteung masuk penjara lagi.
Novel ini mengajarkan tidak ada hidup layak untuk orang orang yang mempelajari dan mengajari sesuatu yang salah. Pembalasan tak hanya datang dari sebuah karma, namun juga pembenaran hati sendiri, pemahamannya kadang hati diikuti hasrat lebih condong kepada kesalahan bukan pada kebenaran. Dan eka berceramah lewat kemaluan.
Penulis : eka kurniawan
Penerbit : PT gramedia pustaka utama
Jumlah halaman :242
Eka kurniawan lewat novel ini membuatku merinding, sekaligus geli. Dari awal sampai akhir novel dengan sampul hijau terang membuatku berhayal dan turut berkecimpung dengan kemaluan seorang ojo kawir, sang peran utama dalam novel ini. Sederhananya ku ceritakan kepadamu ini bukan hanya tentang kemaluan yang tak bisa berdiri. Tapi menurutku kemampuan eka mengemas suatu permasalahan alot negeri ini, dan sedang tenar menjadi trend orang orang tanpa moral dan bermuka tebal. Yakni kejahatan seksual.
Apa penyebabnya, apa sebenarnya tujuannya, apa ada nuraninya kalau bahasa orang yang menyaksikan kekejian tersebut, apa mungkin bisa dimaafkan? Jika kamu membaca buku ini, kamu tak akan sepenuhnya membenci para penjahat itu. Ini tentang transeden rasa dan kenyataan. Hayalan penguasa tak hanya sebatas idealnya seperti apa, tapi seharusnya mengapa.
Karna rasa hanya pribadi saja pengukur pasti, tak akan bisa orang lain. Seperti mimpi basah dan hasrat ojo kawir saat berusia belasan tahun. Dirinya dan sahabatnya toket berjanji tak akan pernah mempergunakan sang burung kepada wanita lain selain istrinya kelak. Namun ia terkungkung dengan rasa penasaran saat melihat pak kades bercumbu dengan istrinya.
Si toket si sahabat kebetulan menemukan kasus seorang wanita gila yang ditinggal mati suaminya. Suami wanita itu adalah seorang mafia. Dirinya terbunuh dengan beberapa tembakan saat bercinta dengan rona merah, wanita yang akhirnya ditenukan gila oleh si toket.
Hingga pada suatu kesempatan ia mengajak ajo kawir mengintip wanita gila itu mandi. Tubuhnya cantik meskipun sering berak disana sini. Hasrat bocah belasan tahun digambarkan edi sangat membara, menemukan klimaks di setiap ada kesempatan dan dinikmati dengan segala cara. Tapi na'as ojo kawir dan sahabatnya bukan menikmati tubuh rona merah, akan tetapi menyaksikan kebiadaban. 2 orang polisi menyetubuhi wanita gila itu dengan cara sadis. Bergiliran bak makanan lezat di atas meja. Ojo kawir ketahuan mengintip dan akhirnya dipaksa melakukan hal yang dilakukan oleh kedua polisi tersebut. Di saat itulah kemaluan ojo kawir tidur untuk waktu yang sangat lama. Trauma dan mati rasa dengan perempuan dan hasrat.
Ojo kawir tak putus asa. Ia tetap menjalani kehidupannya dengan normal walau tanpa kemaluan yang bisa berdiri tegak, ia mencintai dan dicintai perempuan yang dy inginkan. Namun perempuan tersebut, iteung, digambarkan oleh eka seperti kebanyakan wanita sekarang, ia sudah banyak makan asam garam dengan laki laki di dunia seksual kendati usianya masih dua puluhan tahun. Iya menerima ojo kawir tanpa melihat kemaluan yang tak bisa bangun itu. Namun tuhan menghukumnya, perasaan tersiksa berumah tangga tanpa kebutuhan biologis dari suaminya membuat kelam rumah tangga mereka.
Iteung hamil dari sang mantan, membuat ojo kawir murka dan memilih hidup sebagai supir truk, ia putus asa, sudah tiga belas dukun tak bisa mengobati penyakitnya, bahkan pernah ia mencoba memotongnya dengan kapak tapi toket mampu melerai.
Saat menjadi supir truk dan iteung masuk penjara krna membunuh mantan yang menghamilinya. Ojo kawir memilih tidak ingin lagi memikirkan maslah burung. Dunia yang keras dan penuh dengan bunuh membunuh ia tinggalkan. Kemampuannya yang jago berkelahi dan pernah membunuh preman sangat disayangkan oleh mono ompong pemuda belia sang kenek truk. Ojo kawir berfikir mungkin saatnya ia memilih dunia sunyi seperti dunia burung miliknya. Ia tak pernah bangun, tak tergoda dengan kenikmatan, ia tidak mati dan dia tidak juga terlalu hidup. Setiap tindakan salah ojo kawir selalu bertanya kepada burungnya, apa aku pantas melakukannyà?
Dan orang sekitar ojo kawir demi mengetahui permaslahan burung ojo, Berfikir jika ojo kawir bisa membunuh dua orang polisi yang pernah memaksanya menyetubuhi rona merah maka burungnya bisa bangun dan segar kembali. Tapi nurani ojo kawir tak bergeming. Ia tetap memilih dunia sunyi sesunyi dunia si burunģ tanpa kehangatan dan intrik.
Hingga akhirnya datang seorang gadis bernama jelita, ia mampu membuat ojo kawir mimpi basah, walaupun tubuh jelita jelek, dan sama sekali tidak pernh di lirik para supir truk kesepian. Dunia pelacuran supir truk tak pernah ia gauli oleh ojo kawir, bahkan jari jari tangannya tak mampu ia mainkan pada kemaluan wanita lain selain kemaluan istrinya iteung.
Dimimpinya si burung akhirnya bisa bangun, dan untuk pertama kalinya wanita jelek itu yang mendaptkan kepusan dari ojo kawir. Bukan istrinya. Iteung pulang dari penjara akan tetapi meneruskan misi selanjutnya yaitu membunuh kedua polisi yang menyebabkan burung suaminya tidak pernah bangun. Dan saat burung ojo kawir pulih, iteung masuk penjara lagi.
Novel ini mengajarkan tidak ada hidup layak untuk orang orang yang mempelajari dan mengajari sesuatu yang salah. Pembalasan tak hanya datang dari sebuah karma, namun juga pembenaran hati sendiri, pemahamannya kadang hati diikuti hasrat lebih condong kepada kesalahan bukan pada kebenaran. Dan eka berceramah lewat kemaluan.
Masyarakat adat adalah masyarakat yang selalu memegang prinsip perdamaian, sayang menyayangi,hormat meghormati antar umat beragama, serta menjadi simbol pertahanan warisan para leluhur mereka yang agung. Itulah pernyataan dari tetua pranata adat karang bajo,raden pahrianom.
adityarizki.net |
Sebuah kearifan lokal di sudut kabupaten
lombok utara terlihat pada rumah-rumah adat kokoh dari kayu dan kantor-kantor
para tetua adalah berugak, merupakan sebuah gambaran bagaimana masyarakat bayan
menanamkan pembelajaran kepada anak cucunya bahwa tidak ada strata sosial,
rumah mereka sama, tebukti dengan tidak adanya rumah adat yang di buat dengan
model berbeda. Dan berugak tempat duduk bermusyawarah di katakan simbol manusia
itu derajatnya sama,duduk sama rendah berdiri sama tinggi
Bahan bahan Pembuatan rumah adat dan berugak
yang seluruhnya dari kayu,di ambil dari hutan adat, yang di jaga dengan ketat. Serta di atur di
lembaga adat.
Tidak berlebihan kiranya jika bayan di katakan
sebagai panutan jika di lhat dari tanggung jawab masyarakatnya mempertahankan
lingkungan serta sumber daya alam mereka yang melimpah, hutan adat dengan luas
kurang lebih 400 hektar mampu di jaga dengan baik dan tertata.
Dengan aturan
adat ketat dan hukum adat yang nyaris sangat berat ternyata bisa menumbuhkan
kesadaran masyarakat sekitarnya bahwa hutan merupakan sumber penghidupan,hutan
adalah sumber mata air, yang nantinya mengairi sawah ladang mereka sehingga
tidak menemukan kesulitan hidup nantinya
lafatah.wordpress.com |
Tidak main main, para tetua adat karang bajo
menetapkan aturan lewat gundem (musyawarah), untuk melestarikan hutan adat,
hutan adat tidak di bagi lalu kemudian di jaga orang perorang seperti terlihat
di k desa desa lain,namun di jaga bersama dan tanggung jawab bersama.
Sanksi menebang satu pohon tanpa melalui gundem adalah,
mengeluarkan sapi satu ekor, kepeng tepong sejumlah 244, ayam betina putih satu
ekor,kelapa 4 buah dan gula merah satu longsor. Semua itu di keluarkan apada
saat upacara maulid adat atau pada hari raya, seandainya semua denda itu tidak
keluarkan maka orang tersebut tidak akan di layani secara adat, malah akan di
keluarkan dari desa adat tersebut.
Menurut keterangan amalokapande sebutan untuk
pejabat adat di sana, selama ini tidak pernah ada yang berani menebang pohon di
hutan secara diam diam karna takut dengan sanksi tersebut. Jangankan pohon yang
masih kokoh, pohon tumbang dengan sendirinya pun tidak boleh di ambil
sembarangan. “ biarkan dia menjadi tanah” ujar amalokapande
Di bayan beleq lain lagi, mereka memelihara
hutan adat mereka melalui ritual adat memohon kemakmuran dan kesuburan hutan,
ritual tersebut di lakukan sekali dalam delapan tahun.
Suguhan-suguhan menarik di desa adat karang
bajo dan bayan beleq, menggiring pengetahuan kita lebih dalam tentang bagaimana
masyarakat adat sebenarnya dalam menjalankan agama mereka. Di bayan terdapat
salah satu masjid kuno, masjid kuno tersebut adalah simbol bahwa masyarakatnya
sebagian besar penganut ajaran islam.
travel.kompas.com |
Di luar tersebar bayan itu desa
masyarakat sesat, mereka menganut ajaran islam kuno yaitu waktu telu,yang
sebenarnya keluar dari ajaran islam sesungguhnya.
Tidak tau siapa sebenarnya yang membuat
plesetan makna yang tidak benar itu, secara jelas kami di sebutkan bahwa waktu
telu bahasa kita di luar bayan yang sebenarnya di sebut wetu telu/metu telu
oleh orang bayan bukan di maksudkan untuk waktu solat, tapi sebuah falsafah
adat luhur, yaitu sebuah sebuatan lain dari mentiok, mentelok, dan menganak.
Ketiga falsafah tersebut di artikan sebuah kelahiran segala mahluk di muka bumi
ini.
Mentiok bahasa indonesianya tumbuh, di
maksudkan untuk falsafah tumbuhan yang tumbuh dari tanah dan jika matipun akan
ke tanah, mentelok ( bertelur) di maksudkan untuk hewan, yang berkembang biak
lebih umumnya keseluruhan hewan di katakan bertelur meskipun ada dengan cara
beranak, dan yang terakhir menganak (beranak/melahirkan) di maksudkan untuk
manusia, beranak pinak dengan melahirkan.
Dan falsafah lain tentang metu telu/wetu telu
adalah umat islam di dalam menunaikan rukun islam yang 5, tidak di wajibkan
untuk melakukan semuanya, tapi tiga di 2 di antaranya di lakukan jika mampu,
yaitu berpuasa dan berhaji. Dan tiga sisanya itulah yang menjadi wetu/metu
telu, wajib di lakuakan oleh umat islam
Di sebut masyarakat bodoh dan kolot,
masyarakat di sana menyangkal, mereka mengikuti perkembangan zaman sebatas
tidak merubah adat mereka, di samping rumah adat juga di bolehkan membangun rumah batu, hal
tersebut di utarakan kepala desa karang bajo , para tetua membolehkan
pembangunan rumah batu di karenakan tidak bisa membendung keinginan
masyarakatnya, yang sebenarnya adat mereka tidak membolehkan pembangunan rumah
selain rumah adat.
Untuk mempertahankan adat lingkungan karang
bajo di bayan, anak anak muda selaku penerus para tetua adat sudah sejak jauh
jauh hari di didik dan di ajarkan keseluruhan adat di sana, hingga pada
waktunya para pemuda dari (perusa) garis keturunan siap untuk mengambil alih
jabatan di lembaga adat.
rumahalir.or.id |
Lebih jauh tentang ketidak adilan pemerintah
terhadap pelayanan untuk masyarakat adat karang bajo dan bayan beleq dende
kusuma wati selaku inaq loka mewakili masyarakat adat seluruhnya mengharapkan
untuk pemerintah daerah memasukkan permasalahan masyarakat adat desa bayan di
atur dalam peraturan daerah.
Langganan:
Postingan (Atom)