foto 2013 |
Ku mulai cerita pagiku dengan senyuman mengembang di bibir kering, ku
hembuskan sedikit udara hangat keluar dari mulut bau belum di sikat. Cahaya matahari
tembus dari pintu kamar kos ku yang sempit. Hawa kesibukan ku pagi ini sedikit
berbeda dengan hari kemarin, badan terasa remuk, letih masih terasa bekas
aktivitas hari kemarin.
Setelah mandi lengkap dengan pakaian rapi walaupun jauh dari modis, tubuhku
ku pampang di jendela luar balkon tingkat dua kos bu rahmi,tubuh gempal dengan
kulit yang semakin gelap. ku mulai
cerita hariku dengan penuh gembira.
Seperti kata dosen etika kebanggaanku minggu lalu, masa muda itu adalah
masa di mana orang berinvestasi besar-besaran, di mana pergantian dari fase
remaja ke fase dewasa, sudah waktunya serius memikirkan masa depan.
Sebelum berangkat, ku sempatkan membaca dream book berwarna biru, oh
mungkin salah istilah itu bukan buku melainkan sepotong kertas kartun manila,
dahulunya ku potong menjadi dua dan ku berikan kepada sahabatku untuk menulis
impian kita 5 tahun ke depan. Aku memandangnya sekilas, seolah-olah aku sudah
menghapalnya di luar kepala, hanya sebagai pengingat memancing semangatku
kembali membara.
Aku anak pedagang dan buruh tani miskin, sejarah hidupku kebanyakan kelam,
tapi ku akui di setiap cerita selalu ku dapat pelajaran berharga. Ini tentang
hidup, ia, aku akan mencitakan tentang pengalaman ku tentang kesakitan yang
membuatku bisa memainkan jariku di atas tuts laptop biruku.
Hari kemarin, tepatnya tanggal 29/05 ibuku datang dengan muka cantik dan
tubuhnya yang kian mengecil, untuk kedua kalinya kedatangan husus menemuiku,
tak lain dia memiliki segudang cerita untuk di dongengkan kepadaku. Dy selojorkan
kaki dan menidurkan kepalaku di pangkuannya, terasa nyaman, hatiku yang telah
lama kering dan gersang pecah-pecah terasa terairi. Sengaja ku sibukkan diri
untuk ku lipat cerita pedih hari kemarin.
ismi amiliatun sholihah |
Seperti ku duga dia mulai mendongeng, aku tak tahan, ku hentikan saja
dengan jeda waktu solat, ideku salah ibu sedang dalam keadaan berhadas,akupun
begitu. ide lain muncul untuk menghentikan cerita usil itu, bukannya aku tak
suka atau bukan seorang pendengar yang tidak baik, tapi aku takut melihat air
bening dari matanya kembali keluar di hadapanku, aku muak. Simpan saja kataku,
aku mengerti, hanya itu.
Setelah kepulangannya, aku mulai merasa sendiri lagi. Tak ada teman, tak
ada dekapan tempat bersandar, satu-satunya tempat yaitu di dadanya tuhan, tapi
sayangnya aku belum sampai bisa ke sana, keretaku masih macet, belum ada ahli
tambal yang mumpuni karna otakku terlalu keras untuk di telusuri, di sisi mana
tempat kebocorannya. Bukannya satu sebenarnya tapi sudah terlalu banyak. Dan akupun
tertawa.
Banyak teman yang mendekat, banyak yang harus ku kerjakan dan fikirkan
matang-matang dan kemudian ku tekuni sebagai pilihan hidup ke depan. Tapi yang
menjadi pertanyaan pentingku kali ini, dengan siapa aku akan bermitra? Aku sudah
dewasa, tanda kutip yang ku maksud bukan teman hidup pria selektif.
ismi amiliatun sholihah |
Kembali ku telusuri rekam jejak orang-orang sukses itu, sebisa mungkin dari
kehidupan mereka ku gauli cara berfikirnya, ku terka dari sudut mana mereka
mendapatkan fokus untuk menata kehidupan bahagia. Lama ku merenung,pada
ujung-ujungnya jawabannya adalah, tak mungkin ku tau sebelum aku mengalaminya
sendiri dengan mencoba meniru jejak langkah mereka. Ah lucunya ku bilang.
Kesimpulannya, banyak orang bingung dengan hidupnya sendiri, termasuk aku,
apa yang harus ku fokuskan dari kegiatanku sehari-hari. Terlalu banyak. Dari kawan-kawan
mahasiswa sendiri ku tanyai apa rencanamu besok setelah wisuda, jawaban yang
lumrah dan umum, mencari pekerjaan. Caranya ??? kalau tidak dapat??? Malah ada
yang lebih aneh aku bertanya pada kawan aktivis, apa yang akan kamu lakukan
minggu depan melihat keadaan kampus kita sekarang, jawabannya, belum ada
intruksi dari atas, hahh...!!
Sekali lagi ku simpulkan, semuanya itu tentang seberapa fokus kamu memikirkan
masa depan dan seberapa banyak pekerjaanmu mendatangkan manfaat untuk orang
banyak, akan tetapi jangankan fokus, mengerjakannyapun kamu hanya bisa
setengah-setengah malah tidak tau arti dari apa yang kamu kerjakan.
Cukuplah hanya untuk sekedar basa-basi.
1 komentar:
Harus kakak mengakui dan mengapresiasi gaya bertutur adik, meski hanya cerita biasa, tapi mampu adik buat menjadi luar biasa, itulah kenapa ismy berbeda dengan yang lain, tetap semangat dan sukses menulis
Posting Komentar