Kampus sebagai
sarana pembelajaran bagi insan yang haus akan dunia keilmuan dengan mengemban
tri darma perguruan tinggi yakni penelitian, pengembangan, dan pendidikan
belakangan ini telah di warnai dengan praktik politik praktis. Di setiap kesempatan hanya ada pengelompokan atas nama
kepentingan politik, kesukuan, keormasan dan golongan.
Gerakan aksi
bayaran cukup dengan sogokan rokok
batangan dan nasi bungkus warungan dengan taktik yang tak bisa di baca,
berkedok membela kepentingan bersama menjadi tak asing lagi di IAIN mataram.
Jika di ajukan fakta yang menarik tapi tak lagi menarik jika di pandang dari omongan-omongan tak becus dari megafon.
Terlalu banyak retorika tanpa memahami dinamika, lagi-lagi di warnai dengan sikap
yang tak beretika.
harusnya dengan
mulainya tahun ajaran baru dan pemilihan rektor baru di harapkan mampu untuk
mendorong IAIN Mataram menjadi salah satu perguruan tinggi yang lebih baik,
terlebih untuk perwujudan IAIN menjadi UIN.
Pelantikan
rektor untuk perguruan tinggi islam di Jakarta sudah lama berlalu, tapi untuk
rector IAIN mataram belum, dengan PGS rector Dr Nashudin, kemelut kampus
semakin tak terelakkan. Penuntutan agar
rector definitif segera di lantik, aksi yang di lakukan oleh SOMASI mulai dari kejaksaan, polres mataram
dan kampus I IAIN mataram. Jika demi kepentingan bersama kenapa kita tidak bisa
duduk bersama untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Isu ini terlalu krusial di banding dengan isu WC
rusak yang lama tak di perbaiki oleh lembaga, kenapa untuk sebuah WC rusak di berondong masa yang
begitu banyak dari kelompok kawan-kawan yang mengaku pro
terhadap kebijakan kampus yang bersih. Tentunya dengan atribut lengkap sebagai
ciri khas dan tanda pengenal, kenapa
sekarang pergerakan itu mati, dan terkesan menentang aksi kawan lain.
Keadaan hari ini
menjadikan harapan yang selama ini di impi impikan menjadi jauh dari pandangan,
bagaikan pungguk merindukan bulan. Tak ayal jika isu hangat tentang
transformasi IAIN sebagai UIN banyak di tanggapi tidak serius dari berbagai
kalangan. Mulai dari mahasiswa, akdemisi, maupun pejabat kampus.
Persepsi
masyarakat yang dulunya beranggapan
perguruan tinggi adalah tempat strategis untuk mengajarkan moral, akhlak dan
kajian keilmuan kini berganti dengan pandangan miring sesuai dengan fakta yang
terjadi, kasus penyelewengan dana bantuan, korupsi dana proyek bangunan, sampai
kasus pencabulan menjadi suatu yang sudah biasa.
indonesiabicara |
Keadaan kampus
yang kini di warnai dengan berbagai prilaku dan peristiwa yang dari hari ke
hari menimbulkan berbagai pertanyaan, hususnya dari mahasiwa, kapan pelantikan
rector baru?? Apa ada perpanjangan untuk pembayaran spp?? Rector saja belum di
lantik?? mahasiswa galau di buat..
Belum lagi dari
pihak dosen, yang gaji mereka tertunda selama beberapa bulan, ikut ikutan
bersuara sampai pada penyegelan ruang rector. Kenapa harus seperti itu.
Pengangkatan PGS
Rektor tidak sesuai prosedur katanya, karena di tanda tangani oleh sekjen
kementrian agama (KEMENAG) pusat, sementara masa IAIN Mataram terus terusan
melakukan aksi. kemungkinan besar pelantikan rector definitive di tunda karena
aksi tersebut, pendapat dari salah
seorang mahasiswa.
Bisa saja di
lakukan pemilihan ulang jika pelantikan terus di tunda mengingat pensiun untuk
rektor baru jatuh pada bulan maret, sementara proses penggantian PGS Rektor
Nashudin selama 6 bulan. Dalam surat kuasa PGS Rektor akan berhenti dengan
sendirinya apabila rector definitive di lantik.
Pergantian masa
jabatan rector sekarang ini tidak jauh berbeda dengan pergantian rector
dulunya, masih di warnai dengan aksi dan penuntutan. Tak kalah hebohnya di
tambah lagi dengan dampak yang di timbulkan. Seolah menjadi kebiasaan. Saling
jegal ketika kalah tanding, bermain demi kepentingan pribadi. Sulit di baca
tapi sangat mudah di tebak.
Masalah moral, masalah ahlak, biar kami cari sendiri.
Urus saja moralmu, urus saja ahlakmu
Peraturan sehat yang kami mau
Lagu iwan fals di atas sangat
sesuai jika kita ingin mengembalikan suasana kampus yang ideal, memang berbicara
kepentingan tak bisa kita samakan untuk sebuah masalah, tetapi untuk membangun
sebuah budaya yang baik, mengembalikan marwah institusi IAIN Mataram sebagai
perguruan tinggi adalah salah satu solusinya, dengan sama-sama menyadari
kepentingan golongan itu tidak penting, tetapi tujuan dari golongan itu
saya yakin sama dengan golongan-golongan yang lain.